Konsep Budi Luhur LDII dalam Perkemahan CAI 2023
Jombang (12/7). DPP LDII diundang sebagai pemateri “Perkemahan Akhir Tahun Permata CAI ke-44” yang berlangsung pada 10-13 Juli 2023 di Bumi Perkemahan Wonosalam, Jombang, Jawa Timur. Para pemateri dari DPP LDII yang tampil sebagai pembicara yakni, Ketua DPP LDII Singgih Tri Sulistiyono, Sekretaris Umum Dody Taufik Wijaya, dan Ketua Departemen KIM Ludhy Cahyana.
Mereka menyampaikan materi berjudul “Meningkatkan Budi Luhur Sebagai Pelaksanaan Enam Thobiat Luhur di Tengah Masyarakat”. Menurut Singgih yang juga Guru Besar Ilmu Sejarah Universitas Diponegoro itu, budi luhur atau akhlaqul karimah ditampakkan Rasulullah saat berdakwa di Mekkah.
“Nabi Muhammad tidak hanya melihat orang-orang Makkah menyembah banyak berhala, namun juga menumpuk harta dan mengabaikan fakir miskin. Di tengah masyarakat yang memuja duniawi itulah, Nabi Muhammad berdakwah dengan menunjukkan sikap budi luhur, membalas keburukan dengan kebaikan,” ujarnya.
Ia mengatakan, budi luhur bukan kepura-puraan bersikap baik, namun menjadi karakter orang yang beriman, “Budi luhur merupakan perintah Allah dan Rasul, yang mendatangkan balasan pahala di akhirat. Sementara untuk kehidupan sehari, budi luhur berfungsi untuk menjaga kondusivitas lingkungan, menjadi perekat kerukunan, kekompakan, serta persatuan dan kesatuan bangsa,” tutur Singgih.
Pendapat lain disampaikan oleh Dody Taufik Wijaya, yang mengatakan budi luhur merupakan standar dalam mengukur peradaban manusia, “Revolusi industri 4.0 melahirkan manusia yang individualistik. Sementara, saat budi luhur diterapkan maka lahirlah Society 5.0 di Jepang, yang memiliki kesamaan dengan budi luhur yang dilakukan warga LDII,” imbuhnya.
Menurut Dody, Society 5.0 menekankan manusia harus hidup sebagai manusia, bukan sebagai mesin, “Saling membantu dan bergotong-royong, saling mengasihi dan menghormati, toleransi, serta semangat untuk hidup bersama secara berdampingan dengan damai,” tutur Dody.
Ia menambahkan, Pancasila, terutama Sila Kelima menuntut masyarakat agar mengembangkan sikap adil terhadap sesama. Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban. Menghormati hak orang lain, sekaligus suka memberi pertolongan kepada orang lain agar dapat berdiri-sendiri.
Sementara dalam tataran praksis, budi luhur menurut Ludhy Cahyana, adalah partisipasi aktif warga LDII dalam silaturahim dengan berbagai elemen masyarakat, “Warga LDII tidak pernah mau ketinggalan dalam berbagai aktivitas warga di lingkungan sekitar. Misalnya ada kegiatan bersih-bersih lingkungan, Siskamling, dan sejenisnya selalu hadir kecuali sedang ada udzur,” tuturnya.
Ludhy menegaskan budi pekerti yang luhur merupakan karakter yang tidak terpisahkan dari umat Islam. Seseorang yang beriman pada Allah dan Rasul-Nya, selain memiliki ketakwaan, juga memiliki sifat yang melekat berupa akhlak yang baik. Dengan begitu, ia menciptakan suasana yang tenang dan nyaman bagi orang-orang di sekitarnya.
Dalam penutupan materi tersebut, Singgih Tri Sulistiyono menegaskan budi pekerti luhur merupakan kunci kebahagiaan di dunia dan akhirat. Bagi individu yang mempraktikkannya, ia akan meraih derajat yang tinggi di sisi Allah di akhirat, sekaligus memperoleh penghormatan di antara sesama manusia.